Syeikh Mahmud Amir, seorang pengikut Syeikh Rabi' seorang syeikh dari aliran keras mengisytiharkan melalui webnya bahawa dia mencalonkan dirinya sebagai Presiden Mesir. Menurut katanya, ia adalah demi Allah kemudian demi rakyat Mesir.
Petikan dari web beliau:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد
بيان إلى المجلس الأعلى للقوات المسلحة وللشعب المصري
نظراً لما هو مشاهد الآن في الواقع المصري المضطرب والاختلاف القائم وكثرة المتنازعين وكل هذا أدى إلى صعوبة الموقف الداخلي في مصر وبناء على ذلك أناشد المجلس الأعلى للقوات المسلحة أن يختار قائداً عسكرياً تتوافر فيه القوة والحزم والحكمة والاستقامة من أبناء المسلمين ليترشح لرئاسة الجمهورية وهذا ما يتمناه كثيرٌ من العقلاء وفي حالة امتناع المجلس الأعلى للقوات المسلحة عن ذلك لأسباب يراها فإنني أعلن عن ترشيحي لرئاسة الجمهورية لله ثم للشعب المصري وفق ما أعلن من فتح باب الحريات لهذا المنصب، وسوف يستمر هذا الترشيح ما لم يتدارك المجلس الأعلى للقوات المسلحة فيقوم بترشيح أحد أبنائه كما ذكرت، وفي ذات السياق أعلنها على الملأ أنني على استعداد تام بحول الله وقوته لمناقشة ومحاورة ومناظرة كل الطوائف والجماعات وعلى وجه الخصوص هؤلاء الذين أعلنوا عن ترشحهم لرئاسة الجمهورية عبر وسائل الإعلام إن كان الإعلام الرسمي والخاص صادقاً في محاورة الجميع وأعتقد بعون الله وفضله أنني أملك رؤية وبرنامجاً رئاسياً سأوالي في نشره تباعاً يختلف كثيراً عن كل الأطروحات التي بدأت تعلن عن نفسها.
وفق الله الجميع لما فيه صلاح البلاد والعباد وحفظ مصر من الفوضى والفتن الظاهرة والباطنة وألف الله بين قلوب المصريين.
كتبه
محمود عامر
ليسانس شريعة – دبلوم في الدعوة
من أبناء دمنهور - بحيرة
تاريخ الميلاد: 4/2/1957
ت 0123682528
0194874499
Sumber: http://mahmodamer.com/web/play.php?catsmktba=655
Petikan:
Tidak ada yang menyangka sebelumnya, seorang Mahmud Luthfi Amir, dai komunitas yang menyatakan sebagai pengikut salaf atau Salafi menyatakan siap untuk mencalonkan diri sebagai presiden Mesir.
Dalam situs pribadinya, mahmodamer.com, ia menyatakan,”Saya menghimbau kepada Majelis Tinggi Angkatan Bersenjata untuk memilih salah satu petinggi militer, yang memiliki kekuatan, tekad, sifat bijaksana serta istiqamah dari seorang yang Muslim untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin republik ini. Hal inilah yang diinginkan mereka yang menggunakan nalar. Namun ketika Mejelis Tinggi Angkatan Bersenjata tidak melakukannya, karena beberapa alasan, maka saya mengumumkan pencalonan saya untuk menjadi presiden republik ini, karena Allah, kemudian rakyat Mesir.”
Tidak hanya sebatas mencalinkan diri, Mahmud Luthfi Amir juga “menantang” diadakan perdebatan dengan siapa saja yang telah terang-terangan di media akan mencalonkan diri sebagai capres Mesir.
Pemikiran Mahmud Luthfi Amir
Laki-laki yang lahir di Damanhur 4 Februari 1957 ini sebelumnya telah menempuh pendidikan bidang Syari’ah dan diploma dalam bidang dakwah, sebagimana yang selalu disebutkan di bawah tulisan yang telah ia publikasikan di situsnya tersebut
Dalam beberapa tulisan yang dipublikan di situsnya, menunjukkan bahwa lulusan Universitas Islam Madinah ini memiliki hubungan dekat dengan Syeikh Rabi’ dan mengambil banyak pemikiran darinya. Dalam tulisan yang berjudul, “Tazkiyah As Syeikh Rabi’ li Ba’dzi Masyayikh As Salafiyin fi Mishr” (Rekomendasi Syeikh Rabi’ untuk beberapa Syeikh Salafi Mesir), yang dipublikasikan pada tanggal 18/10/09, disebutkan bahwa Syeikh Rabi’ menasehati agar para pencari ilmu mengambil ilmu dari Mahmud Luthfi Amir. Walau pihak lain dari kalangan komunitas ini menyebutkan bahwa Syeikh Rabi’ meralat hal itu, namun dari kubu Syeikh Mahmud Luthfi Amir membantahnya.
Bahkan dalam tulisan “Ar Rabi’ Rabi’una wa in Ikhtalafna Ma’ahu” (Ar Rabi’ adalah Rabi’ Kami, walau Kami Berbeda pendapat dengannya), yang juga dipublikasikan dalam situs resminya pada tanggal 29/09/10 menyebutkan bahwa Syeikh Rabi’ sebagai mujaddid. Bahkan menyatakan, “Syeikh Rabi’ milik kami, dan tetap di tengkuk saya dan tengkuk setiap Salafi yang benar dan kesalafiayahannya…”
Adapun koreksi Syeikh Ar Rabi terhadap sebagain isi bukunya Min Ajli At Tauhid, Mahmud Luthfi Amir menyatakan bahwa pada hakikatnya sanggahan itu tidak bertolak belakang dengan pemikirannya. Namun ia menghindar untuk menanggapinya secara mendetail, sebagaimana ia tulis dalam Khiwar At Tsanin ma’a Syaikh Ar Rabi’ yang dipublikasikan pada tanggal 21 September 2010.* [hidayatullah.com]